CARA TERNAK IKAN LELE TERBARU PALING SPEKTAKULER
Umumnya Ternak lele hanya menghasilkan 30 Kg Lele/Meter2 luas Kolam. Akan tetapi ini bisa sampai dengan 250 Kg Ikan Lele dengan luas kolam yang sama. Panen Lele kini meningkat 800%. Sekilas tidak ada yang spesial di empat kolam semen yang saling berhadapan itu. Pengelola membudidayakan lele di kolam milik Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Serang, Provinsi Banten, itu.
Ada yang istimewa dari sebuah Kolam Ternak Ikan Lele berukuran 2 m x 1,5 m x 0,7 m dengan berpopulasi 5.000 ekor Ikan Lele. Itu berarti rata-rata populasi 2.380 ikan per 1 m3. Sekali lagi ini diluar Ternak lele pada umumnya. “Lazimnya peternak hanya mengisi 300 lele per m3,” kata Margono SSTPi, penanggung jawab pembenihan di kampus itu.
- Vaksin Palsu beredar bebas di Apotek dan Toko Obat
- Pernah minum Susu Beruang ?? Simak Informasi berikut !!
- Memilih Minyak VCO yang baik dan berkualitas
- Jagung manis untuk Konsumsi Perokok aktif
- Lacak lokasi seseorang lewat nomer Whatsapp nya
HASIL TERNAK LELE 8 KALI LIPAT
Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging diperlukan 0,9—1 kg pakan. Survival rate Ternak Ikan Lele atau tingkat kelulusan hidup mencapai 80%. Lama pemeliharaan 3 bulan. Panen dilakukan sekali per 2 pekan saat 1 kg lele berisi 8 ekor. “Hasil panen berkisar antara 450—500 kg per kolam,” kata Margono dengan lugas dan penuh keyakinan atas apa yang sudah beliau dapatkan ini. Panen terakhir pada Juli 2015 menghasilkan 468 kg lele. Hasil panen dijual ke beberapa pengepul dari Serang dan sekitarnya.
Teknologi Ternak Lele: Panen Besar
Saat itu Margono menjual ikan anggota famili Clariidae itu Rp19.500 per kg. Ia mengutip laba Rp8.000 per kg sehingga labanya Rp3,7-juta per kolam. Total jenderal Margono meraup Rp29,9-juta dari 8 kolam. Bandingkan dengan omzet peternak konvensional yang menebar 300 ekor per m3. Dengan sintasan 90% peternak hanya menuai 62 kg dalam periode sama. Artinya produksi lele di kolam Margono 700% lebih tinggi.
Produksi meningkat karena populasi Ikan Lele yang superpadat. Padahal, kebanyakan peternak enggan membudidayakan atau Ternak Ikan Lele dengan kepadatan tinggi karena berpotensi mati. Kepala Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan (BAPPL), Sekolah Tinggi Perikanan, Sinung Rahardjo APi MSi, mengatakan kematian tinggi karena kandungan oksigen dalam air rendah sehingga tercipta kondisi anaerob.
Dampaknya dekomposisi bahan organik menimbulkan senyawa beracun seperti amonia, nitrit, dan hidrogen sulfida. Senyawa itu lebih cepat terserap insang daripada oksigen sehingga menyebabkan ikan mati. Meski padat tebar tinggi, Clarias sp. di Kolam Ikan Lele milik BAPPL hidup nyaman. Survival rate alias tingkat kelulusan hidup mencapai 80%. Apa rahasia Ternak Lele hidup tenteram di kolam kecil tapi bisa panen besar?
TEKNOLOGI TERNAK IKAN LELE TERBARU
“Kami menggunakan Teknologi Catfish Farming in Recirculation System Tank (C-First) atau budidaya Ternak Ikan Lele dengan sistem resirkulasi,” kata Sinung. Kandungan oksigen dengan sistem resirkulasi menjadi lebih baik karena adanya aliran air sepanjang waktu sehingga kondisi menjadi aerob. Dampaknya nitrifikasi alias perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat berlangsung dengan baik.
Oleh karena itu senyawa beracun penyebab kematian ikan tidak terbentuk. Dengan cara itu Ternak Ikan Lele dengan padat tebar tinggi hidup nyaman. Itu sejalan dengan penelitian Nainna Anjanni Ade Lestari, Rara Diantari, dan Eko Efendi. Para periset dari Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung itu yang mengungkapkan kandungan fosfat menurun karena penggunaan filter mekanik berupa arang dan zeolit.
Ternologi terbaru Cara Ternak Ikan Lele terbukti dengan hasil riset yang termaktub dalam e-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan 2015 itu menunjukkan arang paling banyak menyerap fosfat sebanyak 0,02675 mg per liter. Sementara zeolit menurunkan fosfat 0,021 mg per liter. Konsenstrasi fosfat yang tinggi dalam perairan mempengaruhi metabolisme ikan dan bisa menyebabkan kematian.
TEKNOLOGI TERNAK IKAN LELE FILTER BIOLOGIS
Kepala BAPPL sebelumnya, Dr TB Haeru Rahayu MSc, yang mempopulerkan istilah Ternak Ikan Lele C-First 250. Angka 250 mengacu pada hasil panen 250 kg per m3. Penelitian terkait C-First dilakukan sejak 2004. Sistem itu lahir berkaitan dengan isu budidaya yang berkelanjutan. Prinsipnya mengefisiensikan penggunaan energi dan meminimalisir limbah.
Peneliti Peternakan Ikan Lele dari Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI), Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Bambang Iswanto SPi MP, mengatakan Sistem resirkulasi pada budidaya lele tergolong baru di Indonesia. Bambang sudah mengunjungi beberapa sentra lele seperti Bogor (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Tulungagung (Jawa Timur) dan belum menemukan peternak yang menggunakan sistem itu. “Mungkin ini baru yang kali pertama,” kata pria berumur 36 tahun itu.
Resirkulasi pada pembenihan Ternak Ikan Lele lazim dilakukan para peternak ikan di Belanda. Bambang pernah memperoleh informasi pembesaran ikan di beberapa negera di Afrika menggunakan sistem resirkulasi. Sayang, informasi yang ia dapat kurang mendetail sehingga tidak diketahui pasti sistem resirkulasi yang digunakan.
Dengan C-First air di kolam itu disirkulasi tiada henti sepanjang waktu. Margono mengandalkan pompa 125 watt untuk mengalirkan air. Jika listrik padam, ia memanfaatkan genset. Dari kolam air mengalir melewati talang berdiameter 10 cm menuju filter mekanik. Partikel kasar dalam air tersaring di dalam filter mekanik yang berisi susunan papan kayu. Selanjutnya air masuk ke bak pengendapan tempat partikel halus terperangkap.
Setelah itu air dipompa ke atas melewati filter biologis yang berisi bola-bola hitam alias bioball. Di dalam filter biologis itulah terjadi proses nitrifikasi. Terakhir air masuk ke bak kontrol yang selanjutnya mengalirkan air ke masing-masing kolam. Setiap pekan petugas membersihkan filter mekanik untuk menghilangkan kotoran sehingga dapat berfungsi maksimal.
SISTEM DESIRKULASI AIR PADA TERNAK IKAN LELE
- Air dalam kolam keluar melalui pipa 2 inci.
- Selanjutnya air mengalir melewati talang berdiameter 10 cm.
- Air masuk ke filter mekanik. Sisa pakan dan kotoran berukuran besar terperangkap.
- Air masuk ke bak pengendapan tempat partikel halus tersaring.
- Air melewati filter biologis berisi bioball.
- Air dari filter biologi masuk ke bak kontrol.
- Air bersih mengalir melalui pipa ke masing-masing kolam.
- Teknologi Ternak Lele: Serbahemat
Menurut Bambang sistem resirkulasi Ternak Ikan Lele ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihan sistem itu yakni hemat air dan berproduksi banyak karena padat tebar tinggi. Kelemahan sistem ini antara lain mengandalkan listrik agar pompa bekerja mengalirkan air. Lebih lanjut Bambang mengatakan teknik resirkulasi memungkinkan diadopsi peternak lain.
“Sistem itu pilihan lain bagi peternak. Sebab tiap daerah punya cara tersendiri membudidayakan ikan lele,” kata pria kelahiran Malang, Jawa Timur, itu. Sinung menuturkan C-First dapat dilakukan pada daerah yang pasokan airnya terbatas. Sistem ini juga hemat tempat sehingga dapat dilakukan di perkotaan. Yang istimewa produktivitas C-First tinggi. “Pengelolaan kolam juga mudah,” kata Margono.
Menurut Sinung sistem resirkulasi Ternak Ikan Lele konsep lama, Masyarakat tidak tertarik membuat sistem itu karena biayanya mahal. Margono mengatakan kolam resirkulasi Air pada Ternak Ikan Lele di Serang menghabiskan Rp60-juta. Apalagi sistem itu sangat mengandalkan listrik sebagai penggerak pompa. Solusinya pembuatan kolam C-First bisa dilakukan oleh kelompok pembudidaya sehingga biaya lebih ringan.
Dengan acuan Cara Ternak Ikan Lele sistem diatas, mudah-mudahan dapat menjadi pertimbangan untuk memulai Bisnis Ternak Ikan Lele kita dengan penyesuaian yang tepat pada lokasi, perhitungan bisnis, dan penghematan sesuai dengan konsep dan kelas yang kita inginkan.
Refrensi: http://gresik.co/teknik-budidaya/perikanan/rahasia-teknologi-ternak-lele-panen-8-kali-lipat.